Entri Populer

Selasa, 13 Maret 2012

Susahnya Membangun Bisnis

Jujur, saat ini saya sedang pengin curhat. Judul tulisan ini 'Susahnya Membangun Bisnis' sebenarnya maksud yang ingin saya sampaikan adalah 'susahnya mengajak teman untuk bergabung dalam bisnis baru'. Ya, saya sedang mencoba merintis bisnis dan terus terang (mungkin) bagi kebanyakan orang menjadi bisnis yang tidak jelas arah tujuannya dan hanya membuang waktu saja, sehingga ketika saya mencoba menawarkan bisnis konyol ini, mereka hanya tertawa, no comment dan memberikan janji yang tidak jelas kapan akan terlaksana. Insya Allah, tentu saja, saya sudah berhitung untung dan ruginya saat memulai bisnis ini. Keuntungan sekian sekian berdasarkan asumsi umum yang saat ini berlangsung dan kerugian nampak di depan mata ketika kita menjadi hilang arah dan tidak fokus saat merintis 'startup lokal' ini. Jadi, mungkin, bayangan kerugian lebih jelas dibanding keuntungan yang hanya menjadi coretan di kertas sebatas angan-angan saja. Saya mengajak teman untuk bergabung tentu saja ada alasannya, yaitu : Berbagi modal Terus terang saya bukan pemodal besar yang dengan mudah mengucurkan cash money dalam bisnis ini. Saya hanya berhitung sesuai kebutuhan dan kemampuan saat memulai bisnis ini. Jika saya mengajak teman maka ada tambahan dana untuk menunjang kelangsungan hidup usaha ini. Saat ini saya belum mau mengajukan pinjaman uang tanpa jaminan ke bank BUMN maupun swasta, apalagi ke orang asing yang tidak saya kenal. Alasan saya mengajak teman, dan ini terbatas teman yang akrab saja, adalah mereka mengenal saya. Jaminan saya adalah nama baik saya yang sudah bertahun-tahun saya bangun dalam pergaulan. Atau mungkin saya tidak punya nama baik sehingga kurang dipercaya? Entahlah ... Berbagi tanggung jawab Merujuk alasan diatas, jika saya termasuk pemodal besar akan mudah saja mencari pegawai sesuai kebutuhan. Karyawan akan saya bayar sesuai pekerjaannya. Tetapi ini tidak saya lakukan karena saya berharap mendapatkan partner mitra bisnis yang bisa saling mendukung, saling mengerti dan saling membantu. Saya tidak sayang untuk berbagi saham dan tentu saja berindikasi pada pembagian hak dan tanggung jawab. Saya perlu mitra bisnis untuk berdiskusi dan bersama-sama mengelola bisnis ini. Sebetulnya, kedua alasan diatas menjadi penting dan tidak penting. Kenapa? Modal Alhamdulillah saya mempunyai kenalan seorang bos yang sanggup memberikan dana sesuai kebutuhan jika saya bisa membuat proposal bisnis yang terpercaya dan siap memberikan presentasi untuk mempertahankan proposal saya itu di depan team kerjanya. Si boss bersedia memberikan dana kepada 'startup lokal' yang membutuhkan. Saat ini saya belum berani untuk bertemu si boss itu dan menunjukkan 'sesuatu' yang telah saya rintis karena bagi 'kehormatan dan nama baik' itu penting. Besok kalau bisnis ini sudah memberikan profit dan ada harapan menjadi lebih besar tentu akan saya eksposs ke si boss atau kepada siapapun yang berminat memberikan dana pengembangan. Tanggung jawab Ambil orang dan jadikan dia sebagai karyawan lalu berikan bayaran/ gaji sesuai tanggung jawab dan bidangnya. Masalah mungkin saja selesai. Tetapi, saya melihat ada perbedaan antara karyawan yang melulu bekerja demi upah dan seorang mitra kerja yang ikut memiliki bisnisnya. Mayoritas pekerja kurang memiliki rasa memiliki dan mencintai bisnis tempat kerjanya sehingga mereka tidak peduli ketika bisnisnya mengalami hambatan dan tidak berkembang. Pekerja jenis ini hanya berharap terus naik gaji dan tambahan bonus walaupun perusahaan sedang kempas-kempis karena berbagai faktor di lapangan. Disini saya tidak perlu membahas indikasi kecurangan pemilik dan korupsi penyalahgunaan jabatan untuk keuntungan pribadi. Susahnya Membangun Bisnis ... Ahh, ini cuma tulisan omong kosong saja, tidak perlu diambil hati karena saya bukan master pakar pemasaran atau ahli marketing yang berhak membuat penilaian analisa sebuah bisnis. Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar